Yang pertama tanggal 25 Mei
merupakan tanggal kelahiran Almarhum Papa. Papa lahir tanggal 25 Mei 1945, jika
saat ini Papa masih ada, berarti usianya 69 tahun. Papa meninggal 18 Juli 2003,
tepatnya 16 hari setelah ulang tahun saya yang ke 23 tahun.
Yang kedua tanggal
25 Mei 2014. Tanggal ini adalah tanggal dimana “My Spanish Blue Eyes” menjalani
operasi Laparoskopi untuk menurunkan testisnya karena UDT.
Istilah UDT sendiri mempunyai pengertian
UNDENSENSUS TESTICULARIS yaitu
tidak turunnya testis pada skrotum. Menurut teori, Testis awalnya terbentuk di rongga abdomen pada trimester 3 kehamilan
akibat pengaruh hormon gonadotropin dari ibu dan mungkin juga pengaruh dari
androgen dan SPM (substansi penghambat mulerian) menyebabkan testis turun ke
skrotum melalui anulus inguinalis. Penurunan testis ini juga didukung oleh
semakin meningkatnya tekanan intraabdomen akibat pdertumbuhan organ-organ di
abdomen sehingga mempermudah testis memasuki kanalis inguinalis. Selama proses
penurunan tersebut terjadi penonjolan dinding abdomen mengikuti perjalanan
testis menuju skrotum. Penonjolan tersebut dikenal dengan prosesus vaginalis
sehingga rongga perut berhubungan dengan skrotum melalui prosesus vaginalis.
Normalnya dalam tahun pertama kehidupan prosesus vaginalis menutup namun
apabila tetap membuka memungkinkan usus untuk turun ke dalam skrotum yang
dikenal dengan hernia inguinalis. Pada UDT testis
dapat ditemukan di kranial (abdomen) sehingga tidak dapat diraba. Bila
terletak di kanalis inguinalis atau di luar anulus testis maka dapat diraba,
dan jarang testis ditemukan di femoral, pangkal penis ataupun inguinal.
Testis yang
tidak turun menyebabkan perkembangan tubulus seminiferus terganggu sehingga
tidak menghasilkan spermatozoa karena pembentukan spermatogenesis
efektif pada suhu agak reendah yaitu di skrotum yang suhunya 1,5-2 0C
lebih rendah dibanding abdomen dan juga UDT meningkatkan resiko karsinoma
testis. (http://aidiljasmi.blogspot.com/2011/03/undensensus-testicularis-udt.html).
Lebih baik penurunan testis ini dilakukan ketika usia
anak 1-2 tahun. Untuk kasus Blue Eyes ini
telat jika ditinjau dari usianya. Saat ini usianya 7 tahun. Hal ini disebabkan
karena pada saat Blue
Eyes usia
1 bulan dan dibawa ke salah satu dokter
urologi terkenal di Kota Malang, beliau mengatakan nanti saya setelah
usia Blue
Eyes 5
tahun baru di tangani. Akhirnya, kami pun tidak memfokuskan ke testisnya.
Apalagi kondisi Blue
Eyes juga
mengalami tuli berat, sehingga selama beberapa tahun ini yang kami lakukan
adalah memfokuskan untuk ke pendengarannya.
Operasi Laparoskopi ini tidak segera diputuskan untuk
operasi, karena kondisi Blue Eyes juga mikropenis, dia harus menjalani terapi hormon selama 4
bulan. Hormon yang disuntikkan Sustanon, 1 bulan 1 kali suntik, yang menangani
dr. Haryudi, Sp.A (Dokter endokrin anak).
Setelah terapi hormon ini selesai, kami dirujuk oleh dr. Ery Olivianto,
Sp.A (dokter anak Blue Eyes) untuk berkonsultasi ke dokter urologi.
Kami membawa Blue Eyes untuk berkonsultasi ke salah satu dokter
urologi senior dan terkenal di Kota Malang. Dokter yang dulu kami datangi pada saat Blue Eyes masih berusia 1 bulan. Alasan kami kembali lagi ke dokter tersebut karena kami berasumsi bahwa dokter ini sudah mengetahui kondisi Blue Eyes pada saat masih bayi. Pada saat awal konsultasi
berlangsung, saya pun bercerita proses yang sudah Blue Eyes lalui. Mulai dari tes hormon, tes USG,
dan terapi hormon. Jawaban beliau saat itu,
“Maaf ibu, saya
meragukan jenis kelamin anak ibu. Bagaimana jika saya tes dulu kromosomnya
untuk memastikan anak ibu laki-lai atau perempuan. Setelah itu saya bisa memutuskan
tindakan selanjutnya”.
Saya segera menghubungi dr. Agustin Iskandar,
M.Kes (beliau ini istri dr. Ery Olivianto, Sp.A; hubungan kami dekat dan
beliaulah orang pertama kali yang selalu saya hubungi jika ada apa2 dengan Blue Eyes) untuk memberitahukan jika Blue Eyes dirujuk
tes kromosom. Beliaupun menyarankan
untuk bertanya ke Mbak Nana (Safrina Ratnaningrum), kebetulan juga teman 1
fakultas tapi beda lab. Kebetulan Mbak Nana ini konsulan kromosom.
Saya
konsultasi ke Mbak Nana dan beliau melihat hasil tes laboratorium Blue Eyes;
beliau menyampaikan bahwa Blue Eyes ini laki-laki, jadi tidak perlu tes
kromosom.
”Kalo aku bilang
anakmu ini laki-laki, tapi kalau mau lihat kromosomnya bener laki-laki atau kromosom
mozaik, dites aja ndak papa. Nantipun jika terbukti kromosomnya mozaik, testis
juga harus tetap diturunkan. Kalo aku lihat, kayanya dokter senior ini tidak
percaya dengan hasil yang sudah dilakukan teman sejawatnya, istilahnya doker
ini ngawali lagi dari awal. ”
Antara
bimbang dan ragu, tes atau tidak. Disamping biayanya juga mahal, hasil diskusi
dengan dr. Agustin, dr. Ery, dr. Haryudi, dan Mbak Nana meyakinkan bahwa Blue
Eyes ini laki-laki. Dasarnya adalah hasil USG tidak ada bentukan rahim
dan hasil tes hormonpun, ada hormon testosteron meskipun jumlahnya dibawah
normal.
Kebimbangan inipun saya diskusikan dengan suami, langkah apa
yang harus kami tempuh. Akhirnya kita pada kesimpulan
“Coba Bun, kita
cari second opinion ke dokter urologi lain. Jika dokter ini pun juga
menyarankan tes kromosom. Berarti kita jalani tes kromosom ini.”
Akhirnya, saya pun mendatangi dr. Kurnia Penta Seputra, Sp.U
di Klinik Urologi dr. Benggol. Saya menceritakan semua dari awal, tes
hormonnya, tes USG, dan terapi hormonnya. Dr. Penta memeriksa Blue Eyes, meraba
keberadaan testisnya. Setelah memeriksa beliau menyampaikan
“Testisnya tidak
teraba Ibu. Saya bisa membantu mencarikan lewat Laparoskopi. Nanti akan ada 3
sayatan kecil Bu, 1 untuk masukkan kameranya, 2 untuk mengambil testisnya. Jika
Ibu bersedia kita rencanakan di atas tanggal 18 Mei 2014.”
“Perlu tes
kromosom dok?”
“Tidak perlu Bu,
anak ibu ini jelas laki-laki. Hasil tes lab dan USG mendukung jika anak ibu ini
laki-laki. Selain itu saya melihat tidak ada bentukan kelamin wanita. Sehingga saya
yakin anak ibu ini laki.”
Alhamdulillah... Blue Eyes tidak
perlu menjalani tes kromosom.
Akhirnya
setelah diskusi dengan suami, Blue Eyes masuk paviliun dahlia RSSA tanggal 24
Mei 2014. Selain juga diskusi dengan dr. Penta tanggal operasi juga karena
minggu depannya yang seling masuk dan libur, sehingga kami ijin kerjanya tidak
terlalu banyak.
Hari pertama
masuk rumah sakit, Blue Eyes heran juga. Ngrasa ga sakit tapi kok di kasih jarum
infus, dimasukkin kamar. Seharian itu ga ada kerjaan. Akhirnya, mainan gambar
dan tebak tulisan ma Bunda. Jika udah bosan, ngeliat ke luar jendela.
Bosan ga bisa berbuat apa-apa
Tebak gambar dan tulisan dengan Bunda
Minggu, tanggal 25 Mei 2014.
Persiapan operasipun dimulai dari
jam 4 pagi.
Jam 4-7 pagi Blue Eyes sudah
puasa tidak boleh makan, hanya air putih saja.
Jam 7
pagi sudah puasa total.
Jam
7.30 pagi, infus dipasang dan ganti baju operasi.
Sesaat setelah dipasang infus
Jam 8.45
pagi, berangkat ke Kamar Operasi yang ada di lantai 3 Paviliun.
Jam 9
pagi. Operasi dimulai sesuai dengan yang direncanakan, saya dan suami hanya
bisa mengantar sampai di pintu depan kamar operasi. Doa pun kami panjatkan
”Ya Allah berilah
kelancaran untuk operasi anak kami Aryafatkha Fahreza. Berikanlah kemudahan ya
Allah dan kuatkanlah hati kami. Aamiin.”
Alhamdulillah,
operasi Blue Eyes selain ada kami –Ayah dan Bunda Blue Eyes- juga ada Uti Kus,
Mama Any, Mbak Icha, Mas Izhan, Yang Ti, Yang Kung, Pakde Wiwid, Bude Ida, Dik
Ken, Dik Nina, Mbak Shelby dan Mbak Farah. Tante Nanik dan Om Karthi juga
menemani sebentar, karena Om Karthi mesti balik ke Singapura sore ini.
Jam
10.30. Saya dipanggil dr. Penta. Sayapun ditunjukkan letak testis kiri dan
testis kanan yang selama ini ada di lipatan paha.
“Ibu ini testisnya
Alhamdulillah ada dua-duanya. Yang kanan ada di lipatan paha atas, dan yang
kiri juga ada. Ini nanti saya turunkan dan motong pembuluh darah warna merah
ini bu.”
Alhamdulillah,
saya pun keluar ruang operasi dengan hati lega karena selama ini testis kanan
yang dari hasil USG tidak tampak ternyata ada. Ayah Blue Eyes segera saya
kabari, dan kami berdua mengucapkan syukur alhamdulillah.
Jam
11.30. Saya dipanggil untuk ke dua kalinya.
“Ibu, ini yang
kanan sudah ketemudan bentuknya kecil.. Ini nanti saya turunkan ke tempatnya ya
bu.”
Jam
12.00 Saya dipanggil untuk ke tiga kalinya.
“Ibu, ini yang
kiri sudah ketemu dan bentuknya lebih kecil dari yang kanan.”
Jam 13.00.
dr. Penta sudah keluar dari ruangan operasi dan menghampiri kami.
“Alhamdulillah
operasi berjalan lancar. Mudah2an setelah operasi ini, perkembangan seksual
sekundernya bisa berjalan sesuai fungsinya. Testisnya dapat memproduksi hormon.
Kalau untuk produksi sperma, jumlahnya tidak bisa maksimal karena testisnya
kecil. Alhamdulillah, testisnya belum menjadi kanker”
Foto yang diberikan dr. Penta, yang menunjukkan posisi testis dan bentuk testis kanan dan kri
Ayah Blue
Eyes dan saya banyak mengucapkan syukur alhamdulillah karena operasi berjalan
lancar. Terimakasih kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas keberhasilan
operasi Blue Eyes.
Foto yang diambil Ayah pada saat Blue Eyes ada di RR. Tidur pulas dan tidak mau bangun
Jam 14.00.
Blue Eyes dipindahkan dari Kamar Operasi ke kamar rawatnya. Walaupun masih
ngantuk dan masih pengaruh obat bius, Blue Eyes sudah mulai sadar.
Tanggal
25 Mei 2014, tanggal yang nantinya akan menjadi sejarah bagi perjalanan kisah Blue
Eyes dan kita kami sebagai orangtuanya. Masih banyak pe er Blue Eyes yang harus
kami kerjakan. Dengan operasi ini, harapan kami panjatkan semoga pe er yang ini
sudah tuntas sehingga kami bisa konsentrasi ke pe er yang lainnya.
Sehari setelah operasi (26 Mei 2014. Bangun tidur minta pindah ke Bed penunggu pasien, sambil memandang keluar jendela
JIka bosan menghabiskan hari, baca brosur iklan Giant, dengan wajahnya yang serius. Kalau sudah hapal dengan isi brosurnya, ambil kertas dan main tebak2an ma Bunda
Setelah visite dr. Penta (28 Mei 2014), lepas infus dan alhamdulillah boleh pulang.
Sehat terus ya nak.
Love U
My Spanish Blue Eyes....