Sabtu, 19 Juli 2014

We are not alone...

Kemaren saya kedatangan tamu, seorang wali murid di tempat Ken sekolah. Mama Intan. Saya kenal pertama pada saat mengantar murid outbound ke UMM. Putra Mama Intan, sahabat Ken.

Kebetulan Mama Intan membuat kue dan cookies untuk lebarzn. Saya punya pesan 2 macam kue ke Mama Intan dan kemarin diantar ke rumah.

Kami berdua cerita banyak hal, padahal kami baru ketemu 2 kali, tapi seakan sudah mengenal cukup lama. Ada 1 cerita yang membuat saya mendapat 1 pelajaran hidup baru, yaitu pada saat Mama Intan bercerita jika beliau adalah salah satu korban tsunami aceh tahun 2004 dan kehilangan 3 orang sekaligus di depan mata beliau sendiri yaitu suami dan 2 orang anak laki2nya yang masih berusia balita.

Rasa frustasi dan down yang pernah beliau rasakan, bagaimana perjuangan mencari jasad anak dan suaminya, membuat saya merasa disadarkan oleh Allah SWT bahwa masih ada orang yang mempunyai cobaan lebih berat dari yang saya rasakan. ALLAH mengirimkan Mama Intan untuk menjadi sahabat baru saya, untuk menunjukkan bahwa yang mendapat cobaan bukan hanya saya saja, tapi masih banyak orang lain yang memiliki cobaan bahkan lebih berat dari saya. Apapun cobaan yang datang kita tidak boleh menyerah tidak boleh berputus asa, boleh kita bersedih tapi kita harus bangkit untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Saya kagum dengan Mama Intan, meskipun beliau sempat down, akhirnya beliau bisa bangkit untuk masa depan yang lebih baik. Setelah 4 tahun, beliau akhirnya membuka hati dan memutuskan menikah lagi, alhamdulillah beliau dikaruniai seorang anak laki2 yang akan menemaninya, Mas Farrel namanya. Dan sekarang Mama Intan mempunyai usaha kue.

Terimakasih Mama Intan, telah memberikan pelajaran hidup untuk saya.